*TSd0TUWlBUC0Gpz9GSO9GpMlBA==*

Meningkatkan Produksi Padi

Bapak Karman dan Petugas Lapangan PT. Primasid

Tanikita.com - Dokumentasi ini merupakan potret potensi pertanian yang ada di Indonesia, dan salah satu pilihan budidaya padi guna meningkatkan produksi padi dan peningkatan pendapatan bagi petani.

Adalah Bapak Karman petani padi sawah di Desa Lubuk Pinang Kabupaten Muko-Muko Provinsi Bengkulu. Dengan pola pendampingan intensif yang dilakukan oleh tenaga lapangan PT. Primasid Andalan Utama, padi yang beliau tanam dapat berproduksi dengan maksimal 12 ton per ha GKP (Gabah Kering Panen). 

Baca Juga: Penurunan Pekerja di Sektor Pertanian

Varietas yang ditanam merupakan padi F1 hibrida Padi Mapan (Masa Depan) yang di Produksi oleh PT. PRIMASID ANDALAN UTAMA. Dengan potensi hasil tersebut apabila dikonversi menjadi rupiah petani akan menghasilkan pendapatan yang cukup. Potensi padi 12 ton GKP X  Rp. 3500= Rp. 42 jt. Selama 110 hari. Ini apabila di jual langsung tanpa di lakukan Pengolahan. Apabila di lakukan pengolahan menjadi beras dengan rendemen beras 50 Persen saja maka hasilnya adalah, 12.000 Kg GKP x 50 %  (rendemen) = 6 ton. Apabila harga beras Rp. 9000/Kg maka hasil petani adalah 54 jt rupiah/ Ha. Sungguh fantastis dengan hasil yang begitu besar selama 110 hari. Dengan penghasilan tersebut maka petani padi akan sejahtera dan tidak ada yang hidup dengan kekurangan. 

Padi Mapan yang sudah menguning siap panen. Foto: Dwi Tyas Pambudi

Potensi 12 ton / ha yang dihasilkan oleh Bapak Karman bukan semata-Mata tanpa usaha. Bapak Karman merupakan tokoh Petani yang tergabung dalam KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) Kabupaten Muko-Muko dan merupakan salah satu petani terbaik yang dimiliki Kabupaten Muko-Muko. Pendidikan pertanian dan pelatihan untuk sektor tanaman pangan selalu di ikuti baik tingkat kabupaten maupun nasional. Selain itu kerjasama bimbingan penyuluh dan pihak perusahaan selalu dimanfaatkan sebagai internalisasi teknologi pertanian di bidang pangan.

Untuk mendapatkan hasil 12 ton per ha, Menurut Bapak Karman tidaklah susah. Yang pertama harus disiapkan adalah memilih Benih unggul berkualitas.

kedua untuk penyemaian padi diperlukan lahan yang cukup. Teknik  persemaian harus jarang hal ini untuk mendapatkan bibit padi yang kokoh dan sehat serta sudah mempunyai anakan 3-4 anakan

ketiga umur tanam bibit jangan terlalu tua maksimal 15 hari

keempat sebelum menanam bibit padi setelah lahan dibajak lahan harus diberikan pupuk dasar dengan komposisi N P (50:50) Kg/Ha, 

kelima bibit padi ditanam tidak terlalu dalam cukup ditempelkan ke media tanam (yang terpenting tidak roboh),

keenam Penanaman cukup satu batang per lobang.

Ketujuh melakukan pemupukan susulan pada umur 10 Hst Dengan komposisi NP (100:50) dan 30 Hst Dengan komposisi NPK (50:100:50). 

Kedelapan melakukan pengendalian hama penyakit tanaman sesuai keadaan cuaca dan serangan hama penyakit tanaman padi.

Hal yang tidak kalah pentingnya menurut Manager area PT. Primasid Agus Ariyanto dan Supervisor PT Primasid  Marjoko adalah pengairan. Lebih lanjut menurut beliau selaku tim teknis pada pengembangan padi di Bengkulu banyak petani yang kurang tepat dalam masalah pengairan. Selama ini pengairan dilakukan full selama masa pertumbuhan dan pada saat primordia (hamil) pengairan sering dihentikan sampai panen. Hal tersebut sering mengakibatkan padi menjadi kurang bernas atau gabug dan hampa rendemen dibawah 40%. Pengairan yang tepat sebaiknya dihentikan 10 hari sebelum padi di panen. 

Padi Mapan di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Dokumentasi PT. Primasid

Teknik budidaya untuk mendapatkan hasil tinggi tidaklah sulit, yang menjadi masalah adalah disaat panen padi melimpah, justru kebijakan kran import beras dibuka. Disitulah menjadi masalah harga GKP padi menjadi turun. Hal inilah yang dialami oleh para petani di segala sektor, baik sektor hortikultura, palawija, pangan, perkebunan dll. Dari segi pendapatan petani, kebijakan ini sangat tidak pro dengan petani padahal kita tahu penduduk Indonesia ini adalah mayoritas petani dengan pendapatan rendah dan termarjinalkan.

Sebagai negara agraris dengan potensi pertanian yang melimpah sudah seharusnya pemerintah membuat sebuah kebijakaan yang pro dengan petani misalnya proteksi dan subsidi bagi hasil pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Sehingga petani tidak merugi disaat mereka panen yang melimpah. Kebijakan dan dukungan pemerintah dinikmati langsung oleh petani dengan tujuan utama adalah untuk menjaga agar supaya petani terhindar dari resiko kerugian dalam kondisi apapun. 

Penulis: Dwi Tyas Pambudi, SP., M.Ling

Comments0

Komentar dengan link tidak diperkenankan.

Type above and press Enter to search.