*TSd0TUWlBUC0Gpz9GSO9GpMlBA==*

Penurunan Pekerja di Sektor Pertanian

Area Pertanian Bunga Kol Foto: Dwi Tyas Pambudi

Tanikita.com - Keadaan harga pasar yang tidak menentu terhadap komoditas pertanian, mengakibatkan lesunya para pekerja di sektor ini. Banyak para petani beralih profesi menjadi pekerja di bidang infrastruktur di daerah perkotaan. Yang secara kuantitas akan menggerus jumlah pekerja di sektor ini  Hal ini akan berimplikasi pada ketersediaan pemenuhan komoditas pertanian di Negara ini. Lesunya petani akan akan berdampak pada kebijakan pemerintah untuk membuka kran import yang justru akan memperparah nasib petani.  

Pada tahun 2019 Badan Pusat Statistik (BPS) melansir, pekerja di sektor pertanian tercatat 35,7 juta orang atau sekitar 28,79 persen dari jumlah penduduk yang bekerja sebesar 124,01 juta jiwa. Dengan tingginya pekerja disektor pertanian, sektor pertanian telah menyumbang PDB sebesar 1.005,4 triliun pada tahun 2018 dan merupakan lima lapangan pekerjaan yang paling banyak memberi kontribusi dalam PDB (Industri Pengolahan, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Kontruksi dan Lapangan Usaha Pertambangan).   

Dengan meningkatnya capaian PDB di sektor pertanian pada setiap tahunnya, ternyata tidak diikuti dengan kesejahteran petani. Hal ini juga berimplikasi pada penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian. Pekerja di sektor pertanian sudah mulai tidak tertarik untuk bekerja mengolah tanah ataupun menyandang status petani. Bekerja di sektor pertanian dipandang tidak menjanjikan, tidak keren, tidak banyak menghasilkan uang, terkesan orang desa dan kotor. Penurunan jumlah petani dari tahun sebelumnya yang berjumlah 35,9 juta orang atau 29,68 persen dari jumlah penduduk bekerja 121, 02 juta orang menjadi 35,7 juta orang atau sekitar 28,79 persen dari jumlah penduduk yang bekerja sebesar 124,01 juta jiwa.

Kegiatan Farmer Field Day PT. Primasid. Foto: M. Zainuri

Harapan swasembada pangan yang diinginkan pemerintah dirasa tidak akan tercapai bila jumlah petani terus berkurang. Latar belakang Negara agraris tidak membuat para petani bangga menyandang status petani, namun menjadi berat disaat harga-harga komoditas selalu fluktuatif, kebijakan import yang terkadang merugikan petani, harga-harga saprodi yang selalu naik mengikuti harga dolar. Serta permasalahan  lain seperti, berkurangnya jumlah lahan yang terus tergerus oleh sektor industri dan pemenuhan kebutuhan akan pemukiman serta pembangunan infrastrukur.

Comments0

Komentar dengan link tidak diperkenankan.

Type above and press Enter to search.