*TSd0TUWlBUC0Gpz9GSO9GpMlBA==*

Musnahnya Kersip Acaman Bagi Budaya dan Makanan Khas Suku Rejang (Bagian 2)

Siput Air Tawar Sungai Musi (Kersip)
Foto: Dwi Tyas Pambudi


Mengenal Kersip Sungai Musi

Bagi sebagian orang, penyebutan nama kersip untuk jenis siput air tawar mungkin sedikit asing. Namun bila sudah melihat bentuk atau karakteristik dari jenis hewan ini mungkin tidak asing.  Kersip merupakan sejenis siput yang hidup menempel di bebatuan sungai air tawar berbentuk kerucut, memiliki bentuk tubuh berulir dengan jumlah ulir 6 ulir, berwarna coklat kehitaman. Ukuran tubuhnya tidak terlalu besar hanya sebesar jari kelingking pria dewasa dan memiliki ukuran kurang lebih sepanjang +4,5 cm. Kersip atau gastropoda dikelompokkan kedalam Phylum Mollusca dan merupakan filum terbesar dari kingdom animalia.

Kersip atau siput air tawar, dalam bahasa biologi termasuk dalam filum mollusca atau kelas kerang-kerangan, mempunyai manfaat yang menguntungkan bagi manusia dan ada juga yang merugikan bagi manusia. Peran mollusca yang meguntungkan bagi manusia adalah sebagai sumber makanan berprotein tinggi, misalnya seperti, siput air tawar kersip, keong mas(Pomacea canaliculata Lamarck), remis (corbiculajavanica), bekicot (achatinafulica). Selain sebagai sumber makan juga sebagai perhiasan misalnya tiram mutiara (pinctada margaritifera).

Siput air tawar atau kersip Sungai Musi merupakan kelas gastropoda dan hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak dengan lambat menggunakan kakinya. Gastropoda dapat terdiri dari sepasang tentakel yang panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel yang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernafas dengan insang. Sedangkan gastropoda dapat bernafas menggunakan rongga mantel (Mukayat, 1989).

Gastropoda hidup pada semua jenis tipe perairan yaitu air tawar, estuari dan perairan laut. Siput jenis ini menempati hampir seluruh perairan yang ada di bumi ini. Perairan yang tidak tercemar merupakan habitat yang sangat dibutuhkan untuk melestarikan keberlangsungan organisme jenis ini.

Dari hasil observasi di lapangan siput air tawar atau kersip Sungai Musi mempunyai karakteristik warna coklat kehitaman, dengan panjang + 4,5 cm, diameter 1,5 cm, mempunyai duri tumpul di sekitar tubuhnya dan mempunyai jumlah ulir ditubuhnya berjumlah 6 ulir.

Panjang dan Diameter Siput Air Tawar Sungai Musi.

Foto: Dwi Tyas Pambudi

Manfaat Kersip

1. Kersip Sebagai Bioindikator Pencemaran Sungai Musi

Berubahnya kualitas perairan sangat mempengaruhi kehidupan biota yang ada. Melimpah atau musnahnya biota air tawar merupakan sebuah bioindikator bahwa air tersebut sehat atau mengandung toxic. Sungai yang sehat merupakan salah satu daya dukung (carrying capacity) bagi sebuah komunitas biotis yang ada di dalamnya.

Sebagian besar organisme akuatik sungai hidup sebagai bentos dan makrobentos. Makrobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan perannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan. Selain itu tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran (Probosuno dalam Zulaikha, 2012).

Menjadi penting bila biota akuatik dijadikan sebagai indikator biologi untuk mendeteksi pencemaran sungai. Karena komunitas biota akuatik menghabiskan seluruh hidupnya di lingkungan tersebut, apabila terjadi pencemaran, secara nyata dapat dilihat dari diversitas ataupun keragaman biota akuatik yang ada. Semakin banyak dan beragam suatu biota akuatik, berkorelasi dengan sedikitnya pencemaran yang terjadi. 

Siput air tawar atau masyarakat Rejang menyebutnya kersip merupakan biota akuatik dari kelas mollusca yang terdapat di Sungai Musi. Dari berbagai penelitian mollusca merupakan salah satu biota akuatik yang berguna untuk mendeteksi kualitas dan tingkat pencemaran ekosistem perairan. Erat kaitannya baik pencemaran yang diakibatkan oleh pestisida, bahan kimia berbahaya, cairan minyak, bahan buangan padat, bahan organik, sedimentasi tanah dan lain-lain.

Sensivitas kersip terhadap suatu bahan pencemar pada suatu perairan dapat diamati secara langsung di lapangan. Semakin banyak terdapat kersip di sungai dipastikan kadar air tersebut masih sehat dan begitu sebaliknya. Karena dengan kondisi air tercemar dan kandungan toxic yang tinggi pada suatu perairan biota jenis ini tidak dapat hidup. 

Siput air tawar digunakan sebagai bioindikator karena hidupnya relatif menetap pada waktu yang lama, bentuknya yang relatif tetap, ukuran fisiknya relatif besar sehingga mudah untuk identifikasi, pergerakan terbatas, hidup di dalam dan di dasar perairan. Dengan sifat demikian, perubahan kualitas air dan subtrat tempat hidupnya sangat mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobentos.

Kelimpahan dan keanekaragaman siput air tawar sangat dipengaruhi oleh toleransi dan sensitivitasnya terhadap perubahan lingkungan. Kisaran toleransi dari makrozoobentos terhadap lingkungan berbeda-beda (Wilhm, 1975 dalam Marsaulina, 1994). Lebih lanjut menurut (Fauziah, et al 2012) mengemukakan Gastropoda merupakan biota air yang umumnya tidak dapat bergerak cepat dan mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar kimia serta keberadaan lumpur, pasir dan arus air. Pada perairan yang belum tercemar sebaran organisme gastropoda ini relatif merata begitu juga sebaliknya pada perairan yang sudah tercemar akan ada spesies yang mendominasi. Perubahan substrat dan penambahan bahan pencemar akan berpengaruh terhadap kepadatan, komposisi dan tingkat keragaman zoobentos.

Bersambung.........

Baca Juga : Musnahnya Kersip Acaman Bagi Budaya dan Makanan Khas Suku Rejang (Bagian 1)

Baca Juga : Musnahnya Kersip Acaman Bagi Budaya dan Makanan Khas Suku Rejang (Bagian 3)

Comments0

Komentar dengan link tidak diperkenankan.

Type above and press Enter to search.