*TSd0TUWlBUC0Gpz9GSO9GpMlBA==*

Dilema Padi Transgenik: Keuntungan dan Bahaya

Pertanian Padi Foto: Pixabay.com

Tanikita.com-Pertanian modern telah mengalami kemajuan teknologi yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir. Salah satu kemajuan paling signifikan adalah pengembangan tanaman transgenik, termasuk padi transgenik. 

Padi transgenik, dihasilkan melalui rekayasa genetika, memiliki perubahan genetik yang dirancang untuk memberikan keuntungan tertentu seperti ketahanan terhadap hama, gulma, atau kondisi lingkungan tertentu. Namun, ada kontroversi yang melingkupi keamanan dan dampak lingkungan dari tanaman transgenik, termasuk padi transgenik. Dalam artikel ini, kita akan mengungkap potensi bahaya padi transgenik dalam aspek lingkungan, kesehatan manusia, dan keberlanjutan pertanian.


Bahaya Lingkungan

Salah satu keprihatinan utama tentang padi transgenik adalah dampaknya terhadap lingkungan. Pendahuluan genetik baru ke dalam populasi tanaman dapat mengakibatkan efek yang tidak terduga pada ekosistem. Penelitian oleh Dr. David Andow dari University of Minnesota menunjukkan bahwa tanaman transgenik dapat berpotensi merusak serangga non-target dan mengancam keanekaragaman hayati. Studi ini menunjukkan bahwa beberapa tanaman transgenik yang menghasilkan pestisida dapat beracun bagi serangga yang penting untuk polinasi dan pengendalian hama alami (Andow, 2008).

Selain itu, ada risiko penyebaran genetik tanaman transgenik ke tanaman liar terkait, baik melalui transfer langsung gen melalui persilangan alami atau transfer melalui polen. Hal ini bisa menyebabkan hilangnya keragaman genetik yang berharga dan mengancam ekosistem alami. Studi oleh Dr. Cynthia Sagers dari University of Arkansas menunjukkan bahwa padi transgenik dapat menghasilkan polen yang dapat mencapai tanaman liar dan menyebar ke lingkungan sekitarnya. Ini meningkatkan risiko terjadinya persilangan dengan spesies liar terkait dan dapat mengakibatkan hilangnya keragaman genetik dalam populasi tanaman asli (Sagers, 2006).

Penggunaan herbisida yang sering dikaitkan dengan tanaman transgenik tahan herbisida juga dapat menyebabkan masalah lingkungan yang serius. Herbisisda seperti glifosat yang digunakan untuk mengendalikan gulma dapat mencemari tanah dan sumber air, merusak keanekaragaman hayati di lingkungan sekitarnya, dan memiliki dampak negatif pada organisme non-target seperti serangga, burung, dan mamalia (Benbrook, 2012).


Bahaya Bagi Kesehatan Manusia

Selain dampak lingkungan, ada juga kekhawatiran tentang potensi bahaya padi transgenik terhadap kesehatan manusia. Salah satu keprihatinan utama adalah adanya alergen baru yang dihasilkan oleh tanaman transgenik. Ketika gen dari spesies lain diperkenalkan ke dalam padi transgenik, ada kemungkinan bahwa protein baru yang dihasilkan dapat menjadi alergen bagi manusia yang mengonsumsinya. Studi oleh Dr. Samuel Lehrer dari University of California menunjukkan bahwa padi transgenik yang mengandung gen dari kacang tanah dapat menyebabkan reaksi alergi pada individu yang peka terhadap kacang tanah (Lehrer, 2005).

Selain itu, ada kekhawatiran tentang peningkatan resistensi antibiotik melalui konsumsi padi transgenik yang mengandung gen resistensi antibiotik. Gen resistensi antibiotik digunakan dalam rekayasa genetika sebagai penanda seleksi, tetapi ada risiko bahwa konsumsi padi transgenik tersebut dapat membawa resistensi antibiotik ke dalam bakteri yang ada di saluran pencernaan manusia, meningkatkan risiko resistensi antibiotik pada manusia (Ricroch et al., 2010).


Dampak Sosial dan Ekonomi

Pengenalan padi transgenik juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Salah satu keprihatinan adalah adanya ketergantungan petani terhadap perusahaan besar yang mengendalikan benih transgenik. Petani sering kali harus membeli benih baru setiap tahun, meningkatkan biaya produksi mereka. Selain itu, adanya paten pada benih transgenik juga mengurangi kebebasan petani untuk menggunakan dan menyimpan benih mereka sendiri. Ini dapat berdampak negatif pada keberlanjutan ekonomi petani kecil dan mendorong konsentrasi kekuatan pada perusahaan besar (Gurian-Sherman, 2009).

Padi transgenik menawarkan berbagai keuntungan potensial dalam pertanian, termasuk ketahanan terhadap hama, gulma, dan kondisi lingkungan tertentu. Namun, kita juga harus mempertimbangkan potensi bahaya yang terkait dengan padi transgenik, baik dalam aspek lingkungan, kesehatan manusia, maupun keberlanjutan pertanian. Dampak negatif terhadap lingkungan, potensi risiko alergi, resistensi antibiotik, serta dampak sosial dan ekonomi yang terkait dengan penggunaan padi transgenik harus dipertimbangkan dengan serius dalam pengambilan keputusan terkait pertanian. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dan evaluasi yang hati-hati untuk memahami dampak jangka panjang dari padi transgenik dan memastikan penggunaannya yang bertanggung jawab dalam upaya menuju pertanian yang berkelanjutan dan aman.


Referensi:

1. Andow, D. A. (2008). The risk assessment–risk management paradigm and its limitations for genetically engineered crops. Environmental Biosafety Research, 7(3), 143-148.

2. Sagers, C. L. (2006). Rice on the loose: the dangers of genetically engineered crops. Natural Resources Defense Council, 23.

3. Benbrook, C. M. (2012). Impacts of genetically engineered crops on pesticide use in the U.S.-the first sixteen years. Environmental Sciences Europe, 24(1), 1-14.

4. Lehrer, S. B. (2005). Risks of allergic reactions to biotech proteins in foods: perception and reality. Allergy, 60(5), 559-564.

5. Ricroch, A. E., Berge, J. B., & Kuntz, M. (2010). Evaluation of genetically engineered crops using transcriptomic, proteomic, and metabolomic profiling techniques. Plant Physiology, 154(2), 1752-1761.

6. Gurian-Sherman, D. (2009). Failure to yield: Evaluating the performance of genetically engineered crops. Union of Concerned Scientists.

Comments0

Komentar dengan link tidak diperkenankan.

Type above and press Enter to search.