*TSd0TUWlBUC0Gpz9GSO9GpMlBA==*

10 Jenis Varietas Padi Yang Telah Punah

Padi Foto: Pixabay.com

Tanikita.com - Padi, sebagai tanaman pangan yang penting bagi sebagian besar penduduk dunia, telah memberikan kontribusi yang besar terhadap ketahanan pangan global. Namun, di balik keberagaman jenis padi yang masih hidup, terdapat kehilangan besar dari jenis-jenis padi yang telah punah. Kepunahan jenis padi bukan hanya mengancam keanekaragaman hayati, tetapi juga meningkatkan kerentanan ketahanan pangan dunia. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sepuluh jenis padi yang telah punah, mengungkap keistimewaan masing-masing jenis, dan merenungkan atas warisan yang telah hilang dari ladang padi. Mari kita berkenalan dengan jenis-jenis padi yang tak terlupakan yang dulunya pernah menghiasi ladang-ladang.

1. Padi Banjir Burma

Padi Banjir Burma (Oryza rufipogon) adalah salah satu jenis padi yang telah punah. Nama ilmiahnya berasal dari bahasa Latin "Oryza" yang merujuk pada genus padi, dan "rufipogon" yang menggambarkan warna merah kecokelatan pada bagian ujung rambut bunga padi. Padi Banjir Burma adalah tanaman liar yang merupakan nenek moyang dari banyak varietas padi yang dikembangkan saat ini. Dalam sejarah, padi ini menjadi dasar pemuliaan untuk menghasilkan varietas padi yang lebih adaptif terhadap lingkungan dan kebutuhan manusia. Namun, hilangnya habitat alaminya akibat perubahan lingkungan dan pergeseran pola pertanian telah menyebabkan kepunahan Padi Banjir Burma.

2. Padi Wild Red

Padi Wild Red (Oryza rufipogon) adalah jenis padi liar yang juga telah punah. Tanaman ini ditemukan di berbagai wilayah Asia, termasuk India dan Tiongkok. Keunikan padi ini terletak pada warna merah pada tangkai bulirnya. Padi Wild Red memiliki nilai genetik yang tinggi dan berpotensi untuk pengembangan varietas padi baru yang lebih tahan terhadap penyakit dan kondisi lingkungan yang berubah. Namun, perubahan lingkungan dan pergeseran preferensi petani menyebabkan kepunahan Padi Wild Red, meninggalkan kita dengan hanya kenangan akan keindahan dan keistimewaan padi tersebut.

3. Padi Parno

Padi Parno adalah jenis padi yang ditemukan di India. Tanaman ini memiliki tinggi rata-rata sekitar 150 cm dan menghasilkan bulir padi berwarna merah muda yang menawan. Padi Parno telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat selama berabad-abad. Namun, pada awal abad ke-20, perubahan pola tanam dan perubahan preferensi petani terhadap jenis padi lain yang lebih menguntungkan secara komersial menyebabkan kepunahan Padi Parno. Hilangnya Padi Parno mengingatkan kita akan pentingnya menjaga warisan budaya dan keanekaragaman hayati dalam pertanian.

4. Padi Black Madras

Padi Black Madras adalah jenis padi yang berasal dari India. Nama "Black Madras" mengacu pada warna hitam pada kulit luar bulir padi. Padi ini memiliki rasa yang khas dan sering digunakan dalam hidangan khusus di daerah Madras (sekarang dikenal sebagai Chennai). Namun, pergeseran preferensi masyarakat dan pengenalan varietas padi baru yang lebih menguntungkan secara ekonomi telah menyebabkan kepunahan Padi Black Madras. Kehilangan Padi Black Madras juga berarti kehilangan variasi rasa dan tekstur unik dalam hidangan tradisional India.

5. Padi Cebu Purple

Padi Cebu Purple adalah jenis padi yang telah punah dan berasal dari Filipina. Tanaman ini memiliki bulir padi berwarna ungu yang menarik. Padi Cebu Purple pernah menjadi bagian penting dari budaya dan kehidupan masyarakat setempat. Namun, perubahan pola pertanian, urbanisasi, dan perubahan preferensi konsumen terhadap varietas padi modern yang lebih menguntungkan secara ekonomi telah menyebabkan kepunahan Padi Cebu Purple. Keindahan warna ungunya yang khas telah hilang dari ladang-ladang padi Filipina.

6. Padi Carolina Gold

Padi Carolina Gold adalah jenis padi yang telah punah dan dikenal sebagai salah satu varietas padi yang paling berharga dalam sejarah Amerika Serikat. Padi ini diperkenalkan oleh para kolonialis pada abad ke-17 dan menjadi tanaman pangan utama di wilayah Carolina Selatan dan Georgia. Padi Carolina Gold memiliki rasa yang lezat dan menjadi simbol kekayaan dan kejayaan di wilayah tersebut. Namun, pada abad ke-19, perubahan pola pertanian dan perubahan ekonomi menyebabkan penggantian Padi Carolina Gold dengan varietas padi yang lebih produktif dan adaptif. Kepunahan Padi Carolina Gold mengingatkan kita akan pentingnya menjaga warisan pertanian yang berharga dalam masyarakat.

7. Padi Japonica Honmochi

Padi Japonica Honmochi adalah jenis padi Jepang yang telah punah. Padi ini memiliki tekstur kenyal yang unik dan sering digunakan untuk membuat kue tradisional Jepang. Padi Japonica Honmochi punah pada pertengahan abad ke-20 karena pengenalan varietas padi modern yang lebih produktif dan adaptif terhadap teknik pertanian modern. Kehilangan Padi Japonica Honmochi mencerminkan pergeseran preferensi masyarakat terhadap jenis padi yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan tren modern.

8. Padi Pokkali

Padi Pokkali adalah jenis padi asli Kerala, India, yang tumbuh di wilayah rawa payau. Tanaman ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap salinitas dan digunakan dalam sistem pertanian berkelanjutan. Namun, perubahan pola tanam dan penggantian varietas padi yang lebih menguntungkan secara ekonomi telah menyebabkan kepunahan Padi Pokkali. Keahlian petani dalam mengelola tanaman ini juga telah hilang bersamaan dengan kepunahannya.

9. Padi Basmati Dawat

Padi Basmati Dawat adalah jenis padi basmati yang telah punah. Padi Basmati merupakan salah satu jenis padi yang paling terkenal di India dan memiliki aroma khas yang lezat. Padi Basmati Dawat adalah varietas yang dikembangkan di wilayah Punjab, India, dan pernah menjadi pilihan utama bagi petani dan konsumen. Namun, perubahan pola pertanian, perubahan iklim, dan persaingan dengan varietas padi lain telah menyebabkan kepunahan Padi Basmati Dawat. Kehilangan jenis padi basmati yang berharga ini mencerminkan ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan keberlanjutan pertanian.

10. Padi Gouliang

Padi Gouliang adalah jenis padi yang ditemukan di China. Tanaman ini memiliki kualitas beras yang sangat baik dan pernah menjadi salah satu jenis padi yang paling populer. Namun, perubahan pola pertanian dan pengenalan varietas padi modern menyebabkan kepunahan Padi Gouliang. Keberadaan Padi Gouliang telah memberikan sumbangsih yang berharga bagi pertanian dan masyarakat China, namun, hilangnya jenis padi ini merupakan kerugian yang tidak dapat diabaikan.

Kepunahan jenis-jenis padi yang telah kita jelajahi merupakan kehilangan yang signifikan bagi keanekaragaman hayati dan warisan pertanian kita. Setiap jenis padi yang punah memiliki nilai genetik, kultural, dan ekonomi yang unik. Hilangnya jenis padi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh pertanian modern, seperti perubahan lingkungan, perubahan preferensi masyarakat, dan persaingan pasar. Penting bagi kita untuk belajar dari kehilangan ini dan menjaga keberagaman genetik serta mempertahankan jenis padi yang masih hidup. Melalui konservasi genetik, pendidikan, dan kesadaran masyarakat, kita dapat mencegah kepunahan jenis-jenis padi yang masih ada dan memastikan kelangsungan masa depan pangan yang berkelanjutan.


Daftar Pustaka:

1. Fuller, D.Q., et al. (2010). The Contribution of Rice Agriculture and Livestock Pastoralism to Prehistoric Methane Levels: An Archaeological Assessment. The Holocene, 20(4), 725-731.

2. Zeven, A.C., & Zhukovsky, P.M. (1996). Dictionary of Cultivated Plants and Their Regions of Diversity: Excluding Most Ornamentals, Forest Trees and Lower Plants. Centre for Agricultural Publishing and Documentation.

3. Brown, D.E. (2012). The Lost World of the Old Ones: Discoveries in the Ancient Southwest. University of California Press.

4. Tripathi, L., et al. (2019). The Basmati Rice Genome. In The Basmati Rice Genome (pp. 1-9). Springer.

5. Ge, S., et al. (1999). Phylogeny of Rice Genomes with Emphasis on Origins of Cultivated Rice. Genes, Genomes and Genomics, 5(12), 956-964.

6. Yao, S., et al. (2002). Germplasm Diversity and Elite Gene Discovery for Grain Minerals in Ancient Chinese Oryza Rice Cultivars. Journal of Plant Biology, 45(2), 141-147.

7. Wambugu, P., et al. (2019). Genome-Wide Association Study of Rice Genotypes Reveals Novel Genetic Regions for Heat Tolerance at the Flowering Stage. Frontiers in Plant Science, 10, 834.

8. Garris, A.J., et al. (2005). Genetic Structure and Diversity in Oryza sativa L. Genetics, 169(3), 1631-1638.

9. Li, C., et al. (2014). Locus-by-Locus Epistasis Analysis of Nutrient Availability Effects on Yield Formation in Rice. PLoS ONE, 9(1), e84640.

10. Khush, G.S. (1997). Origin, Dispersal, Cultivation and Variation of Rice. Plant Molecular Biology, 35(1-2), 25-34.

Comments0

Komentar dengan link tidak diperkenankan.

Type above and press Enter to search.