*TSd0TUWlBUC0Gpz9GSO9GpMlBA==*

Kopi dan Perubahan Iklim

Buah Kopi Foto: pixabay.com


Tanikita.com - Produksi kopi terancam menurun akibat krisis iklim global. Perubahan iklim memengaruhi suhu permukaan bumi yang mengakibatkan bencana ekstrem dari banjir maupun kekeringan. Kondisi suhu ekstrem memengaruhi eksistensi tanaman kopi dari susahnya beradaptasi, serangan penyakit, penurunan produksi, dan berujung kematian.


Perubahan iklim diakibatkan oleh aktifitas antropogenic. Terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara. Akibatnya meningkatkan akumulasi gas rumah kaca yang akan memerangkap panas di atmosfer. Keadaan ini meningkatkan suhu bumi atau disebut sebagai global warming.


Kesepakatan dunia membatasi kenaikan suhu udara di bawah 2 derajat celcius dibandingkan dengan masa pra-industri dan membatasi peningkatan suhu pada 1,5 derajat celcius. Suhu bumi terus meningkat, seiring dengan konsentrasi gas karbon dioksida yang terus meningkat di atmosfer.  WMO atau Organisasi Meteorologi Dunia melaporkan bahwa pada bulan Desember 2020 suhu bumi mengalami peningkatan 1,2 derajat cecius dibandingkan dengan era pra-industri. 


Meningkatnya suhu bumi secara signifikan setiap tahun akibat perubahan iklim, diprediksi produksi tanaman pangan akan turun menjadi 10-25 persen pada tahun 2050 dan akan mengancam ketahanan pangan dunia serta dapat menciptakan penduduk migran sebesar 1 miliar. Menurut FAO pada tahun 2030 diprediksi akibat perubahan iklim akan menambah orang miskin hingga 100 juta dan meningkatkan harga pangan menjadi 12 persen.


Luas areal pertanaman kopi di Indonesia mencapai 1,25 juta hektar, yang terdiri dari (0,91 juta hektar atau sekitar 73 persen) kebun kopi robusta dan arabika (0,34 juta hektar atau 27 persen). Dari total areal kopi baik arabika maupun robusta tersebut seluruhnya dikelola oleh petani dengan luas garapan sekitar 0,71 hektar perkeluarga untuk robusta dan 0,58 hektar untuk arabika. Padahal areal yang ideal adalah 2,69 hektar kebun kopi robusta dan 1,44 hektar untuk arabika.


Tanaman kopi sangat peka terhadap perubahan suhu udara. Sebuah studi menunjukkan bahwa kenaikan suhu udara 1 derajat celcius mengakibatkan penurunan produktifitas hingga 14 persen. Menurut studi tersebut, sudah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami menurunnya produksi kopi karena suhu bumi yang terus meningkat secara signifikan. Selain dari produktifitas, studi yang diterbitkan oleh Global Change Biology menunjukkan bahwa perubahan iklim menurunkan 50 persen populasi arabika liar hingga tahun 2088.


Presiden Joko Widodo yang diwakili oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menandatangani Persetujuan Paris tentang Perubahan Iklim di kantor pusat PBB di New York, Amerika Serikat, 22 April 2016.  Dengan diratifikasinya persetujuan Paris tersebut, negara harus bahu membahu mengatasi perubahan iklim tersebut dengan menyiapkan mitigasi perubahan iklim terhadap petani kopi.


Luasnya dampak akibat perubahan iklim seperti bencana hidrometeorologis yang semakin meningkat dan hancurnya ketahanan pangan disektor perkebunan kopi yang berakibat pada peningkatan penduduk miskin. Segera dibutuhkan solusi konkrit dalam permasalahan ini. Mau tidak mau kita harus segera memikirkan untuk mencari dan menciptakan varietas tanaman kopi yang tahan terhadap perubahan iklim, tahan penyakit dan produktifitas tinggi sembari ikut berpartisipsi dalam mitigasi perubahan iklim semampu kita dalam kehidupan sehari-hari. 

Penulis: Dwi Tyas Pambudi, SP., M.Ling

Comments0

Komentar dengan link tidak diperkenankan.

Type above and press Enter to search.