*TSd0TUWlBUC0Gpz9GSO9GpMlBA==*

B100 Harapan Petani Kelapa Sawit

Hamparan kebun Kelapa Sawit Foto: wikimedia.org
"Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar, mempunyai nilai positif terhadap penggurangan penggunaan bahan bakar fosil di Indonesia saat ini. Secara langsung program tersebut akan mengurangi dampak perubahan iklim akibat karbon dioksida dari kegiatan manusia (anthropogenic)."

Tanikita.com - Komoditas kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan komoditas yang sangat melimpah di Indonesia. Areal tanam kelapa sawit pada saat ini mencapai 14,03 juta hektar dengan kemampuan produksi 37,8 juta ton dan sebesar 40 persen merupakan perkebunan rakyat. Sektor ini mampu menyumbang devisa sebesar 20,54 miliar dollar AS.

Namun melimpah produksi kelapa sawit pada saat ini, belum mampu memberikan kontribusi bagi kemakmuran masyarakat secara berkelanjutan. Rendahnya posisi tawar (Bargaining Position) petani mengakibatkan tidak adanya jaminan dalam penentuan harga. Proteksi terhadap petani belum ada, apalagi dengan adanya perdagangan bebas. Harga-harga sangat ditentukan kebijakan dunia. Petani kelapa sawit saat ini hanya menunggu kebijakan pemerintah.
Kebijakan pengenaan bea masuk 8-18 pesen pada Crude Palm Oil (CPO) di Negara Uni Eropa merupakan salah satu bentuk arogansi dalam perdagangan bebas. Kebijakan ini mengakibatkan tidak terserapnya CPO dan Biodiesel yang berimbas pada penurunan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani. Pembatasan tersebut merupakan kebijakan yang sangat merugikan negara Indonesia dan petani.
Selain untuk kebutuhan minyak goreng dan berbagai jenis makanan minyak kelapa sawit juga sudah mulai dimanfaatkan untuk biodiesel sebagai bahan alternatif mesin diesel.
Produksi biodiesel sepanjang tahun 2018 mencapa 6,01 juta kiloliter. Pemanfaatan biodiesel dalam negeri pada tahun 2018 mencapai 4,02 juta kilo liter yang digunakan untuk campuran biodiesel sebanyak 20 persen (B20).
Tumpukan TBS Kelapa Sawit Foto: pixabay.com
Adanya pengenaan bea masuk sebesar 8-18 persen Uni Eropa bagi produk biodiesel dalam negeri, menjadi motivasi bagi pemerintah untuk segera merealisasikan pemanfaatan minyak kelapa sawit 100 persen bisa diolah menjadi bahan bakar mesin diesel (B100) secepat mungkin. Dengan diversifikasi penggunaan CPO menjadi biodiesel, hal ini menjadi harapan bagi petani kelapa sawit untuk peningkatan harga TBS di tingkat petani.
Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar, mempunyai nilai positif terhadap penggurangan penggunaan bahan bakar fosil di Indonesia saat ini. Secara langsung program tersebut akan mengurangi dampak perubahan iklim akibat karbon dioksida dari kegiatan manusia (anthropogenic).
Dari segi ekonomi penggurangan energi fosil akan berimplikasi pada penghematan 5,5 miliar dollar pertahun akibat impor bahan bakar yang tidak terbaharukan itu. Keuntungan lain akan memberikan dampak multiplier effect bagi petani, disampaikan Presiden Jokowi pada rapat terbatas mengenai progress pelaksanaan mandatori B20, (12/8/2019).
Penggunaan sebagai bahan campuran biodiesel dan diversifikasi produk-produk lain dari olahan bahan baku kelapa sawit sangat ditunggu oleh petani. Dengan banyaknya varian produk akan meningkatkan daya serap produksi CPO dalam negeri. Harapannya berimplikasi pada peningkatan harga TBS yang akan secara langsung meningkatkan pendapatan, kehidupan petani kepala sawit. Dengan jumlah petani di sektor perkebunan kelapa sawit saat ini yang mencapai 17 juta.
Penulis: Dwi Tyas Pambudi, SP., M.Ling

Comments0

Komentar dengan link tidak diperkenankan.

Type above and press Enter to search.