*TSd0TUWlBUC0Gpz9GSO9GpMlBA==*

Kompos, Manfaat dan Kekurangan

Pengemasan Kompos yang sudah masak Foto: Dwi Tyas Pambudi

Tanikita.com - Secara umum pengertian kompos adalah proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme menjadi bahan yang lebih sederhana dan stabil yang dapat digunakan sebagai pupuk alami. Proses ini dikenal sebagai pengomposan.

Kompos mengandung unsur hara yang lengkap baik itu unsur hara makro ataupun mikro, walaupun mempunyai kandungan unsur hara yang lengkap namun dalam jumlah yang sedikit. 

Kompos dapat digunakan sebagai pupuk alami yang ramah lingkungan dan berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki sifat fisika, biologi dan kimia tanah. Ketika digunakan, kompos dapat meningkatkan struktur tanah, meningkatkan daya ikat air, meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan nutrisi, dan mengurangi erosi tanah.

Selain sebagai penyedia nutrisi bagi tanaman, pengomposan dapat untuk mengurangi limbah organik dan mengurangi dampak negatif dari limbah terhadap lingkungan. Dengan begitu proses pengomposan merupakan strategi dalam pengendalian lingkungan.

Kompos yang sudah masak berwarna lebih gelap Foto: Dwi Tyas Pambudi

Fungsi kompos

Berikut ini akan di uraikan manfaat kompos memiliki fungsi penting dalam pertanian, kelestarian lingkungan, dan pengelolaan limbah. Berikut adalah beberapa fungsi utama kompos:

1. Sebagai pupuk organik

Fungsi utama kompos sebagai pupuk organik. Kompos mengandung nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan unsur mikro lainnya yang diperlukan oleh tanaman. Menggunakan kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan pertumbuhan tanaman, dan menghasilkan hasil panen yang lebih baik.

2. Perbaikan tekstur tanah

Menggunakan kompos memiliki dapat memperbaiki tekstur tanah. Dengan menambahkan kompos ke tanah, tekstur tanah yang liat dapat menjadi lebih remah atau gembur dan mudah diolah. Kompos juga dapat meningkatkan kemampuan jenis tanah berpasir untuk menahan air dan nutrisi, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih ideal untuk pertumbuhan tanaman.

3. Kemampuan mengikat air

Kompos memiliki kemampuan untuk menahan air. Dalam tanah yang mengandung kompos, partikel kompos membentuk struktur yang pori-pori dan dapat menyerap dan menyimpan air. Hal ini bermanfaat dalam mengurangi kehilangan air karena penguapan, meningkatkan kapasitas penyimpanan air tanah, dan membantu tanaman tetap terhidrasi saat kondisi kekeringan. Bahan organik mampu mampu mengikat air sepuluh kali beratnya. Sehingga tanah dengan kandungan bahan organik atau kompos mempunyai kelembaban yang baik.

4. Pengendalian erosi

Kompos dapat membantu mengendalikan erosi tanah. Ketika diterapkan ke lahan yang terkena erosi, kompos membantu menjaga kepadatan dan kestabilan tanah. Partikel-partikel kompos membantu menyatukan partikel tanah dan mencegah erosi yang disebabkan oleh air dan angin. Hal ini sangat penting dalam mempertahankan kesuburan tanah dan mencegah kerusakan lingkungan.

5. Pengelolaan limbah organik

Kompos merupakan metode yang efektif dalam mengelola limbah organik. Dengan mengomposkan sisa-sisa makanan, dedaunan, jerami, dan limbah organik lainnya, kita dapat mengurangi jumlah limbah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Kompos juga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca seperti methane dari limbah organik yang membusuk di tempat pembuangan akhir.

Dengan semua fungsi ini, kompos memiliki peran penting dalam pertanian berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

Bahan organik yang digunakan

Kompos terdiri dari berbagai bahan organik yang akan diuraikan oleh mikroorganisme. Komposisi kompos dapat bervariasi tergantung pada jenis bahan organik yang digunakan dalam proses pengomposan. Berikut adalah beberapa bahan organik untuk pembuatan kompos:

1. Sisa makanan

Sisa makanan seperti sayuran yang tak terpakai, kulit buah, dan potongan-potongan sisa makanan merupakan salah satu komponen utama dalam kompos. Bahan organik ini mengandung nutrisi penting yang dapat memberikan nilai tambah bagi kompos.

2. Dedak dan jerami

Dedak dari padi, jerami, dan serbuk gergaji merupakan bahan organik yang umum digunakan dalam pembuatan kompos. Dedak dan jerami kaya akan serat dan memberikan struktur pada kompos.

3. Daun dan rumput

Daun jatuh, rumput yang dipotong, dan tanaman hijau lainnya dapat digunakan sebagai bahan organik dalam kompos. Daun dan rumput mengandung nitrogen dan karbon yang diperlukan oleh mikroorganisme dalam proses pengomposan.

4. Sekam padi

Sekam padi adalah lapisan pelindung luar biji padi yang dapat digunakan sebagai bahan organik dalam kompos. Sekam padi memiliki kandungan serat yang tinggi dan membantu dalam menjaga porositas kompos.

5. Sisa tanaman

Sisa-sisa tanaman seperti tangkai, batang, dan ranting yang telah dipotong atau dipangkas juga dapat dimasukkan dalam kompos. Bahan organik ini memberikan variasi struktural dan nutrisi tambahan.

6. Kotoran hewan

Kotoran hewan seperti kotoran sapi, kambing, ayam, dan kuda dapat digunakan dalam pembuatan kompos. Kotoran hewan mengandung nutrisi penting seperti nitrogen dan fosfor yang memperkaya kompos.

7. Bahan organik tambahan

Beberapa bahan organik tambahan, seperti sisa kertas, serasah, serbuk kayu, dan kulit biji-bijian, juga dapat digunakan untuk memperkaya kompos dan memberikan struktur tambahan.

Proses pengomposan pada bak-bak
Foto: Dwi Tyas Pambudi

Ciri kompos masak

Sebelum digunakan, kompos harus sudah mengalami penguraian secara sempurna. Kompos masak adalah hasil akhir dari proses pengomposan yang telah selesai diuraikan oleh mikroorganisme. Ciri-ciri kompos masak antara lain:

1. Warna

Kompos masak umumnya memiliki warna gelap hingga cokelat kehitaman. Ini menunjukkan bahwa bahan organik telah terurai dan menghasilkan senyawa organik yang kaya nutrisi.

2. Tekstur

Kompos masak memiliki tekstur yang lebih halus dan seragam dibandingkan dengan bahan mentah. Serpihan besar bahan organik seperti daun, ranting-rantig sudah tidak terlihat dan terurai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil.

3. Bau

Kompos masak memiliki bau yang harum dan tanah, seperti aroma hutan atau tanah humus. Bau yang tidak sedap atau busuk tidak ada lagi. Kompos yang masih berbau menandakan bahwa pengomposan belum selesai atau terjadi masalah dengan proses pengomposan.

4. Tidak ada bahan organik yang terlihat

Kompos masak seharusnya tidak memiliki sisa-sisa bahan organik yang terlihat, seperti potongan besar daun atau sisa makanan yang belum terurai sepenuhnya. Semua bahan organik harus terurai menjadi bahan organik yang halus.

5. Tidak ada panas 

Selama proses pengomposan, tumpukan kompos menghasilkan suhu panas karena aktivitas mikroorganisme yang menguraikan bahan organik. Ketika kompos sudah masak, suhu tumpukan akan menurun dan menjadi sejuk.

6. pH yang stabil

Kompos masak memiliki pH yang relatif stabil, biasanya berada di kisaran netral (6-7). Proses pengomposan yang baik akan menghasilkan kompos dengan pH yang seimbang.

7. Konsistensi: Kompos masak harus memiliki konsistensi yang seragam di seluruh tumpukan atau wadah kompos. Ini menunjukkan bahwa penguraian bahan organik telah merata dan kompos siap digunakan.

Kompos masak adalah sumber pupuk organik yang sangat baik untuk meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, dan menyediakan nutrisi bagi tanaman. Pastikan kompos Anda sudah matang sebelum menggunakannya agar mendapatkan manfaat optimal.

Kekurangan kompos adalah sebagai berikut:

Walaupun banyak terdapat kelebihannya kompos juga terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut seperti:

1. Waktu yang dibutuhkan

Proses pembuatan kompos membutuhkan waktu yang relatif lama. Pada umumnya, proses kompos membutuhkan beberapa bulan hingga satu tahun untuk menghasilkan kompos yang matang. Hal ini tergantung pada jenis bahan organik yang digunakan dan kondisi lingkungan tempat pembuatan kompos.

2. Aroma yang tidak sedap

Selama proses pembuatan kompos, bahan organik yang terurai menghasilkan aroma yang tidak sedap. Bau busuk atau amis bisa timbul, terutama jika proses pengomposan tidak dilakukan dengan benar. Bau ini bisa menjadi masalah jika kompos ditempatkan di area yang dekat dengan pemukiman atau tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh orang.

3. Pilihan bahan organik terbatas

Tidak semua jenis bahan organik cocok untuk proses kompos. Beberapa bahan organik seperti daging, produk susu, atau minyak sayur dapat memicu pertumbuhan bakteri berbahaya atau hama. Oleh karena itu, tidak semua limbah organik dapat digunakan dalam pembuatan kompos, dan beberapa bahan organik mungkin perlu dihindari.

4. Risiko kontaminasi 

Jika proses pengomposan tidak dilakukan dengan benar, ada risiko kontaminasi mikroba patogen, seperti Salmonella atau E. coli, dalam kompos. Jika kompos yang terkontaminasi ini digunakan pada tanaman atau sayuran yang akan dikonsumsi, bisa membahayakan kesehatan manusia.

5. Perlunya perawatan dan pemantauan:

Pembuatan kompos memerlukan perawatan dan pemantauan yang konstan. Kompos perlu diaduk secara teratur untuk memastikan sirkulasi udara yang baik dan penguraian yang merata. Selain itu, perlu memantau kelembaban dan suhu kompos agar tetap dalam kondisi yang optimal. Jika tidak diawasi dengan baik, kompos bisa menjadi terlalu kering, terlalu basah, atau terjadi ketidakseimbangan dalam proses pengomposan.

Meskipun ada beberapa kekurangan, kompos masih merupakan metode yang umum digunakan untuk mendaur ulang limbah organik dan meningkatkan kesuburan tanah. Dengan memperhatikan kebutuhan dan memastikan pengelolaan yang baik, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi.

Comments0

Komentar dengan link tidak diperkenankan.

Type above and press Enter to search.