*TSd0TUWlBUC0Gpz9GSO9GpMlBA==*

Hama Utama Tanaman Cabai, Kutu Daun (Aphid)

Kutu daun (Aphid) Foto: Wikimedia commons

Tanikita.com - Artikel ini merupakan kumpulan seri pembahasan mengenai hama utama tanaman cabai. Artikel akan dibagi menjadi beberapa part untuk membahas setiap hama. Artikel akan membahas secara praktis jenis hama, daur hidup, gejala serangan dan pengendalian.

 

Aphid, di Indonesia hama ini  secara umum dikenal sebagai kutu daun kapas atau lindra (bahasa Jawa).


Kutu daun, juga dikenal sebagai aphid atau kutu daun hijau, adalah serangga kecil yang umumnya hidup dan menyerang tumbuhan. Mereka termasuk dalam famili Aphididae dan memiliki ribuan spesies yang berbeda. Kutu daun biasanya berukuran sangat kecil, sekitar 1-3 mm, dan memiliki tubuh berbentuk bulat atau oval.


Hama ini berkembang biak secara partenogenesis, yaitu dapat beranak tanpa melalui proses perkawinan.


Kutu daun ini memiliki dua bentuk, yaitu yang bersayap dan tidak bersayap. Pada umumnya sayap akan terbentuk bila terjadi persaingan makanan, akibat padatnya populasi


Serangga pra dewasa berwarna hijau, sedangkan serangga dewasa berwarna hijau kehitaman. 


Di musim kemarau, kutu daun jenis ini akan berkembang biak sangat cepat karena dipengaruhi oleh kecepatan menetasnya telur pada suhu yang hangat.


Kutu daun ini mempunyai lamanya daur hidup : 6 - 8 hari.


Kutu daun umumnya hidup dalam koloni yang padat di permukaan daun, batang, dan bunga tumbuhan. Mereka menyerap cairan tumbuhan, terutama sari daun yang mengandung gula, dengan menggunakan bagian mulut yang disebut stilus. Proses ini dapat menyebabkan kerusakan pada tumbuhan, terutama pada daun muda dan tunas.


Kutu daun biasanya memiliki warna yang bervariasi, seperti hijau, kuning, cokelat, atau merah. Beberapa spesies juga memiliki sayap yang memungkinkan mereka untuk bermigrasi ke tumbuhan lain. Kutu daun dapat berkembang biak dengan cepat, karena betina mereka dapat melahirkan anak betina tanpa membutuhkan perkawinan. Selain itu, mereka juga dapat menghasilkan generasi yang berbeda dalam waktu yang singkat.


Gejala serangan :

• Secara langsung : 

Kutu daun mengisap cairan tanaman, akibatnya daun yang terserang menjadi keriput, pertumbuhan tanaman terhambat, akhirnya tanaman layu dan mati.

• Secara tidak langsung :

- Kutu daun ini juga berperan sebagai penyebar (vektor) penyakit virus. Tanaman yang terserang penyakit virus akan menjadi kerdil, dengan daun berukuran kecil (pertumbuhan tanaman tidak normal).

- Kutu daun ini menghasilkan embun madu yang akan mendatangkan semut dan embun jelaga. Keberadaan embun jelaga yang sangat banyak pada daun atau tanaman cabai akan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis.


Pengendalian :

Untuk mengendalikan populasi kutu daun ada beberapa metode yang digunakan:

1. Gunakan bahan aktif Profenofos, abamektin atau imidakloprid sesuai dengan dosis yang di anjurkan perusahaan. Dan selalu menggunakan bahan aktif yang berselang Seling setiap penyemprotan. 

2. Selain penyemprotan dengan pestisida, pengendalian dapat dilakukan dengan membuang gulma atau tumbuhan inang di sekitar lahan pertanian. 

3. Dengan pendekatan menggunakan serangga predator yang memangsa kutu daun, seperti kepik ladybird atau kecoak hijau. Penggunaan insektisida yang tepat juga dapat menjadi solusi, tetapi perlu diperhatikan agar tidak merusak serangga predator yang bermanfaat.


Penting untuk mengamati dan mengendalikan kutu daun sejak dini untuk mencegah kerusakan yang lebih luas pada tumbuhan. Jika Anda memiliki masalah dengan kutu daun di tanaman Anda, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli taman atau petani lokal untuk mendapatkan saran dan solusi yang sesuai.

***

Comments0

Komentar dengan link tidak diperkenankan.

Type above and press Enter to search.