*TSd0TUWlBUC0Gpz9GSO9GpMlBA==*

Detergen: Fenomena Pencemaran di Perairan

Akumulasi Busa pada Parairan Foto: wikimedia.org
Akumulasi busa pada perairan Foto: wikimedia.org
Untuk menghilangkan kotoran pada pakaian dan alat rumah tangga, manusia modern menggunakan detergen atau sabun. Namun tanpa disadari penambahan pengembang fosfat pada detergen dan sabun oleh perusahaan mengakibatkan berbagai masalah pada lingkungan.
Penggunaan sabun dan detergen sebagai bahan pembersih pada pakaian ataupun peralatan rumah tangga sangat diminati saat ini. Karena sifat pembersihnya, detergen dan sabun tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Bersifat ekonomis dan praktis serta sangat efektif membersihkan kotoran kedua bahan ini menjadi pilihan.
Untuk meningkatkan efektivitas kerja pembersihnya, perusahaan memberikan bahan tambahan pengembang fosfat pada detergen. Pengembang secara khusus ditambahkan ke dalam formulasi detergen untuk memperbaiki kinerja pembersihnya. Karena itu beberapa formulasi sebanyak 40 persen dari total beratnya berbentuk pengembang.
Bahan Tambahan Surfaktan Sumber: Sodhi, G.S. 2014.
Bahan tambahan surfaktan. Sumber: Sodhi, G.S. 2015
Penggunaan pengembang fosfat pada detergen sangat menguntungkan bagi efektivitas pembersihan kotoran pada pakaian dan peralatan rumah tangga. Namun keberadaan fosfat yang berlebihan mengakibatkan berbagai masalah pada perairan. Berikut ini 5 fakta masalah lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan pengembang fosfat pada detergen.

Eutrofikasi

Kandungan fosfat pada detergen mengakibatkan eutrofikasi pada perairan. Menurut Effendi (2003) Eutrofikasi didefinisikan sebagai pengayaan (enrichment) air dengan nutrien/unsur hara berupa bahan anorganik unsur nitrogen dan fosfat yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya produktivitas primer perairan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) eutropik merupakan perairan yang mengandung organisme dan bahan organik dalam jumlah besar. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total fosfat (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L.
Berkembangnya Alga di Perairan Foto: wikimedia.org
Berkembangnya alga di perairan Foto: wikimedia.org

Danau yang mengalami eutrofikasi mengalami perubahan warna. Air cenderung keruh atau berwarna kehijauan. Hal tersebut disebabkan tumbuh suburnya fitoplankton atau ganggang akibat dari peningkatan konsentrasi nutrien/hara baik bahan organik, unsur nitrogen (N) dan fosfat (P) terlarut dalam badan air. Sehingga berakibat tumbuh berkembang biak secara cepat (blooming) alga atau ganggang apabila sudah parah, kualitas air akan menurun, air berubah menjadi keruh, oksigen terlarut rendah, tirnbul gas-gas beracun dan bahan beracun (cyanotoxin) (Sugiura el all., 2004).
Eutrofikasi Juga berpengaruh terhadap berkurangnya oksigen terlarut (dissolved oxygen) di dalam air akibat pelapukan (dekomposisi) bahan organik. Organisme pengurai (decomposer) merubah bahan organik tersebut menjadi sederhana. Organisme tersebut menggunakan oksigen terlarut yang ada di dalam air atau disebut Biological Oxygen Deman (BOD) Wardhana (2004). Sehingga oksigen menjadi berkurang bagi jenis biota lainnya. Mengakibatkan biota air menjadi mati karena kekurangan oksigen.
Eceng Gondok Akibat Pengayaan Fosfat di Perairan Foto: wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar

Eceng Gondok, akibat pengayaan fosfat di perairan foto: wikimedia.org
Peningkatan Busa
Akibat penggunaan sabun dan detergen, mengakibatkan perairan mengalami pembusaan. Air yang tertutup busa menurunkan nilai keindahan atau estetik sungai
Keracunan pada Organisme Perairan
Tumbuh-tumbuhan air dan organisme air keracunan dengan adanya detergen dan sabun yang larut ke dalam perairan. Tumbuhan air seperti Ranunculus aquatilis tidak akan berkembang bila konsentrasi dalam air melampaui 2,5 ppm. Konsentrasi 3 ppm detergen rumah tangga menyebabkan kematian ikan sebanyak 50 % dalam 12 minggu.
Menimbulkan Penyakit
Air yang tercemar detergen akan menimbulkan gatal-gatal pada kulit sensitif bagi manusia apabila dipakai untuk mandi.
Air Tidak Layak Konsumsi
Syarat ini berkaitan dengan kondisi fisik air yang dapat dikenali oleh pancaindra. Air yang sehat dan layak konsumsi haruslah jernih, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Akibat air yang tercemar detergen dari limbah domestik mengakibatkan air berasa tidak enak. Akibat rasa yang tidak enak mengindikaskan air tersebut tercemar.
Berbahayanya bahan fosfat pada lingkungan khususnya perairan perlu mendapat perhatian serius. Untuk mengurangi kerusakan air akibat penggunaan detergen sebaiknya melakukan hal-hal yang sederhana misalnya, mengurangi takaran detergen dan hanya menggunakan detergen untuk pakaian yang kotor saja, mengganti dengan detergen yang tidak mengandung fosfat dan ramah lingkungan. Artikel telah diterbitkan di kumparan.com
Penulis: Dwi Tyas Pambudi, SP., M.Ling
Referensi
  • Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Perairan. Yogyakarta. Kanisius.
  • Sodhi, G.S. 2009.Konsep Dasar Kimia Lingkungan. Penerbit buku kedokteran EGC
  • Sugiura, N., M. Utsumi, B. Wei, N. Iwami, K. Okano, Y. Kawauchi, T. Maekawa. 2004.
  • Assessment for the Complicated Occurrence of Nuisance Odours from Phytoplankton and
  • Environmental Factors in a Eutrophic Lake. Lake & Resenoirs: Res.and Mqn.,9:l 95-20 I.
  • Wardhana, W.,A. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Comments0

Komentar dengan link tidak diperkenankan.