Tanikita.com - Tidak saja datangnya manusia asing ke negara kita mengancam kehidupan pribumi, tumbuhan pun akan terancam punah akibat invasi spesies asing ke dalam suatu ekosistem. Seperti yang terjadi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) tanaman endemik terancam punah akibat tumbuhan asing.
Hasil riset di TNBBS yang dilakukan oleh Sayfulloh, dkk (2020) yang dimuat dalam Jurnal Sylva Lestari Vol. 8 No. 1, Januari 2020 (109-120) menemukan 121 jenis tumbuhan, di mana 29 jenis atau 35 persen jenis merupakan tumbuhan asing invasif.
Dampak negatif penyebaran tumbuhan asing invasif dapat mengancam ekosistem, menurunkan jumlah spesies asli, dan menimbulkan dampak negatif pada aspek sosial ekonomi (Ludsin dan Wolfe, 2001; Sarat et al., 2015). Penurunan keanekaragaman hayati karena keberadaan spesies invasif merupakan proses awal menuju kepunahan spesies tertentu (Hestimaya, 2010).
Menurut laporan Bappenas (1993) Indonesia mengalami kepunahan satu jenis tumbuhan/satwa per hari dan setidaknya 50 jenis tumbuhan/satwa akan punah setiap tahunnya dan sekitar 20–70 persen habitat asli telah punah. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (2015) menyebarnya jenis invasif, baik yang berasal dari dalam negeri (antar pulau dan lokal/setempat) maupun luar negeri (asing) menyebabkan semakin terdesaknya jenis-jenis dan ekosistem asli.
Permenhut No. 94 Tahun 2016 menjelaskan bahwa jenis tumbuhan invasif merupakan jenis tumbuhan, baik jenis asli maupun bukan, yang mengkolonisasi suatu habitat secara masif yang dapat menimbulkan kerugian terhadap ekologi, ekonomi, dan sosial.
Tumbuhan invasif memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang baik, kemampuan reproduksi dan menyebar yang sangat tinggi, mampu memenangkan kompetisi untuk mendapatkan cahaya, air dan unsur hara dengan tumbuhan endemik sehingga tumbuhan ini sangat berbahaya bagi jenis asli.
Tumbuhan asing invasif adalah tumbuhan yang hidup di luar sebaran alaminya dan memiliki kemampuan mengokupasi wilayah sehingga tumbuhan lain tidak dapat tumbuh. Tumbuhan asing invasif dikenal sebagai jenis yang mengancam integritas alam maupun semi alam dan memberikan dampak buruk yang luar biasa pada komunitas flora maupun fauna (Tjitrosoedirdjo et al. 2016).
Di Indonesia terdapat paling tidak 1.936 jenis tumbuhan asing. Sebagian di antaranya telah berkembang menjadi invasif dan menimbulkan dampak negatif pada beberapa ekosistem. Jenis-jenis tumbuhan asing invasif tersebut berhabitus semak, pohon, herba dan rumput-rumputan ataupun merupakan tumbuhan air dan paku-pakuan Tjitrosoedirdjo et al (2016).
Jenis tumbuhan Invasif di TNBBS
Hasil penelitian Sayfulloh (2020) menggunakan metode analisis Indek Nilai Penting (INP) untuk mengetahui dominasi jenis organisme dalam sebuah komunitas. Penelitian tersebut menemukan 3 jenis tumbuhan asing invasif yang paling mendominasi di area TNBBS yaitu: akar kala (Clidemia hirta) dengan INP 22,61, alang-alang (Imperata cylindrica) dengan INP 18,03, dan kaliandra (Calliandra calothyrsus) dengan INP 17,96.
Jenis tumbuhan yang memiliki INP terbesar dikategorikan sebagai jenis yang dominan. Ketiga jenis tumbuhan tersebut dapat mendominasi karena didukung kondisi lingkungan dan karakteristik jenis sehingga menghambat pertumbuhan jenis asli.
Akar Kala (Clidemia hirta) berasal dari Amerika Utara (Meksiko) dan Amerika Selatan (daerah tropis dan Karibia. Merupakan tumbuhan gulma dan invasif yang banyak tumbuh di lahan pertanian, lahan bekas tebangan dan merupakan spesies pionir yang agresif karena kemampuan bijinya berkecambah cepat, yang menginvasi tempat-tempat terbuka, tanah longsor, tepi jalan, jalan setapak, ladang bekas tebangan dan rumpang di hutan serta dapat cepat tumbuh dan toleran terhadap naungan. Clidemia hirta tercatat dalam 100 spesies asing paling invasif di dunia (ISSG, 2005).
Alang-alang (Imperata cylindrical) merupakan tumbuhan asli dari daratan Asia. Saat ini menjadi salah satu dari sepuluh tumbuhan invasif berbahaya di dunia. Alang-alang telah digolongkan sebagai salah satu tumbuhan invasif, khususnya di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.
Alang-alang tumbuh baik di tanah yang relatif asam (pH 4,7). Alang-alang memilik sistem rhizoma yang luas, adaptasi terhadap tanah yang miskin hara, toleransi terhadap tanah kering, dan adaptasi genetik terhadap api membuat alang-alang menjadi invasif, sehingga tumbuhan lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya (Iqbar et al. 2017).
Kaliandra (C. calothyrsus) merupakan jenis tumbuhan asing yang berasal dari daerah barat daya Panama hingga Meksiko bagian selatan. Jenis tumbuhan legum ini mudah ditanam dan pertumbuhannya cepat dengan tinggi 5-6 m, produktivitas bijinya cukup besar, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru (Abqoriah et al. 2015; Amirta et al. 2016).
Kaliandra saat ini telah menjadi tumbuhan asing invasif yang memiliki persebaran paling luas di beberapa kawasan konservasi di Indonesia, di antaranya di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Sunaryo et al. 2012) dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Tjitrosoedirdjo et al. 2015).
Hermawan et al. (2017) menyatakan bentuk kompetisi tumbuhan asing invasif terhadap jenis asli antara lain adalah menjadi pesaing jenis asli lainnya yang mengisi relung ekologis yang sama, mengganggu jaring makanan, mengurangi keanekaragaman hayati, membunuh jenis asli lainnya dengan cara mencekik, mengancam populasi tumbuhan yang ada di sekitar tempat tumbuhnya, menurunkan tingkat kualitas habitat, mengganggu nilai estetik alamiah, dan menghambat mobilitas fauna besar di TNBBS.
Pengendalian
Untuk mengendalikan populasi tumbuhan asing invasif dengan pengendalian dengan mengurangi kepadatan dan kelimpahannya. Pengendalian sampai pada ambang batas menjadi penting supaya jenis tanaman lokal dapat hidup bersaing dan dapat kembali hidup pada ekosistem alaminya. Ada beberapa cara pengendalian yang bisa dilakukan: Pertama: Pengendalian Fisik seperti mencabut, menggali, atau menggunakan alat untuk mencabut dan memotong tumbuhan, Kedua; Pembakaran, Ketiga; Pengendalian Kimiawi dengan menggunakan herbisida, Kempat; Restorasi dengan cara revegetasi dan reintroduksi jenis tumbuhan atau vegetasi alami yang diinginkan.
Pengendalian tumbuhan asing invasif sangat perlu untuk menjaga kelestarian sumber daya alam lokal yang ada pada suatu ekosistem terlebih pada Taman Nasional. Karena tumbuhan asing invasif bersifat sangat merugikan bagi kehidupan yang ada pada suatu habitat, serta merusak tatanan pada suatu ekosistem dan akhirnya akan menguasai seluruh habitat yang ada.
Referensi
- [ISSG] Invasif Species Specialist Group. 2005. Global invasif species database: http://www.issg.org/database. diakses pada tanggal 01 April 2021.
- Abqoriah, Utomo, R., and Suwignyo, B. 2015. Produktivitas Tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus) sebagai Hijauan Pakan pada Umur Pemotongan yang Berbeda. Buletin Peternakan 39(2): 103–108.
- Chozin. 2016. Gulma dan Tumbuhan Invasif Di Wilayah Tropika Serta Pengelolaannnya. Fakultas Pertanian, Intitut Pertanian Bogor.
- Hermawan, R., Hikmat, S., Prasetyo, L. B., and Setyawati, T. 2017. Model Sebaran Spasial dan Kesesuaian Habitat Spesies Invasif Mantangan (Merremia peltata (l.) Merr.) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Jurnal Nusa Sylva 17(2): 80–90.
- Hestimaya E. 2010. Studi ikhtiofauna di Danau Lido, Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
- Iqbar, Riana, S., and Masykur. 2017. Inventarisasi Spesies Tanaman Potensial Invasif di Kawasan Perumahan PT. Arun NGL, Lhokseumawe, Aceh. Jurnal BioLeuser 1(1): 20– 30.
- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. 2015. Strategi Nasional dan Arahan Rencana Aksi Pengelolaan Jenis Asing Invasif di Indonesia.
- Sarat E, Mazaubert E, Dutartre A, Poulet N, Soubeyran Y. 2015. Invasif Alien Species in Aquatic Environments: Practical Information and Management Insights. Perancis (FR): The French National Agency for Water and Aquatic Environments (Onema).
- Sayfulloh. A, Riniarti, M, Santoso, T. 2020.Jenis-Jenis Tumbuhan Asing Invasif di Resort Sukaraja Atas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Jurnal Sylva Lestari. Vol. 8 No. 1, Januari 2020 (109-120).
- Sunaryo, Uji, T., and Tihurua, E. F. 2012. Komposisi Jenis dan Potensi Ancaman Tumbuhan Asing Invasif di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat. Berita Biologi 11(2): 231–239.
- Susanti, Suraida T, Febriana H. 2013. Keanekaragaman tumbuhan invasif di kawasan Taman Hutan Kenali Kota Jambi. Prosiding Seminar Bidang Biologi Jilid 2 Semirata MIPA; 10-12 Mei 2013; Lampung, Indonesia. Lampung (ID): . Universitas Lampung.
- Tjitrosoedirdjo, S., Tjitrosoedirdjo, S. S., and Setyawati, T. 2016. Tumbuhan Invasif dan Pendekatan Pengelolaanya. SEAMEO BIOTROP, Bogor, Indonesia.
- Wikimedia.org
- Foto Tanaman kaliandra di persemaian permanen BPTH Kalsel. Foto Dishut Kalsel
Penulis: Dwi Tyas Pambudi, SP., M.Ling
Comments0
Komentar dengan link tidak diperkenankan.